FaduliNews — Ternate.Isu peningkatan status Bandara Sultan Babullah Ternate kembali mengemuka. Dalam sebuah kesempatan diskusi bersama salah satu tokoh masyarakat dan juga praktisi penerbangan Putra (almarhum) sultan Ternate Nulzudin M Syah
pandangan kritis muncul terkait posisi strategis bandara kebanggaan Maluku Utara ini yang hingga kini masih berada di bawah otoritas Bandara Sam Ratulangi Manado.
“Yang saya heran, kenapa bandara Babullah kok berada di bawah otoritas Manado? Padahal Maluku Utara sendiri memiliki banyak bandara. Ini menjadi hambatan besar bagi pergerakan Babullah,” ungkap praktisi penerbangan
Menurutnya, dengan tingkat frekuensi penerbangan, mobilitas ekonomi, dan aktivitas pekerja asing yang meningkat, Bandara Babullah sudah sangat layak menyandang status sebagai bandara internasional.
“Banyak tenaga kerja asing yang datang bekerja di wilayah Maluku Utara, tapi kita tidak punya custom service di sini. Padahal mereka melakukan aktivitas ekonomi di daerah ini. Ini hal yang sangat urgent,” ujarnya menegaskan.
Lebih lanjut, hambatan juga dirasakan di sektor ekspor komoditas unggulan daerah, seperti hasil perikanan dan produk kelautan. Saat ini ekspor masih harus melewati bandara lain di luar Maluku Utara, karena Babullah belum memiliki legitimasi internasional.
“Akibatnya, ekspor ikan dan produk laut kita tidak bisa langsung dari Babullah. Ini merugikan sektor ekonomi sekaligus menahan laju pertumbuhan wisata,” tambahnya.
Dampaknya juga terasa di sektor pariwisata. Promosi tentang pesona alam Maluku Utara—seperti Pulau Dodola, Widi, Saleh, hingga Festival Teluk Jailolo—sudah dikenal luas di dunia maya. Namun, akses transportasi yang berbelit justru menjadi penghalang utama bagi wisatawan.
“Wisatawan harus ke Jakarta dulu, baru ke Ternate. Itu membuat perjalanan panjang dan mahal. Padahal, penerbangan langsung jauh lebih murah dan efisien,” jelasnya.
Ia menegaskan, jika Pemerintah Daerah memberi perhatian penuh terhadap status Babullah, maka transformasi menuju bandara internasional bukan hal mustahil.
“Unit-unit kementerian vertikal sebenarnya sudah sangat mendukung. Hanya tinggal menunggu sejauh mana atensi pemerintah daerah. Kalau 100 persen serius, ini bisa terlaksana,” ucapnya optimis.
Selain memberi kemudahan akses wisata, status internasional juga akan meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pajak ekspor dan aktivitas perdagangan langsung.
“Kalau ekspor dilakukan langsung dari Bandara Babullah, pajaknya masuk ke Maluku Utara. Itu kontribusi nyata bagi PAD,” jelasnya.
Ia menambahkan, kesiapan infrastruktur pendukung di Babullah sebenarnya sudah cukup memadai. Di sana telah ada kantor Bea Cukai, karantina, hingga dinas perdagangan yang bisa menyortir barang-barang masuk maupun keluar wilayah.
“Kalau spare part kendaraan bisa kita impor langsung dari Shanghai ke Ternate, berarti tidak perlu lagi lewat Soekarno-Hatta. Biaya jadi lebih murah karena tidak perlu audit dan transit ke gudang di Jakarta,” paparnya.
Menurutnya, regulasi nasional berlaku sama di seluruh Indonesia.
“Hanya implementasinya yang perlu dipercepat. Undang-undangnya sama, tidak perlu buat aturan baru. Jadi mestinya bisa diterapkan di sini,” jelasnya lagi.
Ia mencontohkan, bandara-bandara seperti Ngurah Rai Bali dan Sam Ratulangi Manado bisa tumbuh cepat karena pergerakan barang dan manusia yang fleksibel.
“Kalau Babullah bisa langsung melayani penerbangan internasional, wisatawan seperti dari Jepang yang punya histori dengan Maluku Utara akan lebih mudah datang. Mereka sebenarnya ingin rutin ke sini, tapi kesulitan akses membuat kunjungan terbatas,” tuturnya.
Terakhir,Nulzunudin M Syah yang juga sebagai praktisi penerbangan menegaskan bahwa dari sisi keamanan, Bandara Babullah telah memenuhi standar tinggi.
“Bandara itu instalasi vital. Tidak sembarang orang bisa masuk tanpa identitas dan screening ketat. Jadi alasan keamanan seharusnya bukan hambatan,” pungkasnya.
(Tim/Red)