
Foto:(Almarhum) Aba Man,OmMan Bunga —Usman Marsaoly
Bagi Om Faduli, kenangan tentang pos kamling tidak bisa dilepaskan dari sosok almarhum kakeknya. Pada masa lalu, sang kakek pernah bertugas sebagai Kepala RK—yang kini dikenal dengan sebutan RW. Sejak kecil, Om Faduli menyaksikan langsung bagaimana kakeknya selalu merangkul masyarakat, mengajak mereka bergiliran ronda, dan menanamkan rasa tanggung jawab bersama untuk menjaga kampung.
Setiap tamu yang datang, baik siang maupun malam, diwajibkan lapor diri. Aturan sederhana ini bukan dimaksudkan untuk membatasi orang, tetapi untuk memastikan keamanan lingkungan sekaligus memberi rasa tenang kepada warga. Di sisi lain, keberadaan pos kamling juga menjadi penolong: warga pendatang yang ingin mencari alamat atau keluarga sering terbantu karena bisa bertanya langsung kepada masyarakat yang berjaga di pos. Dari situlah pos kamling juga menjadi pusat informasi dan silaturahmi.
Seiring waktu, sinergi antara warga dan aparat kepolisian makin terbangun. Polisi hadir memberi dukungan teknis, sementara masyarakat menjaga keberlanjutan ronda malam. Sistem ini kemudian diakui secara formal melalui Perkapolri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan).
Bagi Om Faduli, pos kamling memiliki tiga makna penting:
-
Keamanan – mencegah tindak kejahatan dan gangguan sejak dini.
-
Kebersamaan – memperkuat rasa gotong royong dan solidaritas warga.
-
Pelayanan Sosial – menjadi pusat informasi bagi pendatang maupun masyarakat sekitar.
Karena itu, langkah Menteri Dalam Negeri, Jenderal Polisi (Purn.) H. Tito Karnavian, untuk kembali mengaktifkan program pos kamling, mendapat dukungan penuh dari Om Faduli. Sebagai mantan Kapolri, beliau sangat memahami betapa pentingnya peran masyarakat dalam menjaga stabilitas keamanan dari tingkat RT/RW hingga ke skala nasional.
Di Tidore khususnya, dan Maluku Utara pada umumnya, pos kamling tidak hanya berfungsi sebagai tempat ronda. Ia adalah simbol kearifan lokal yang menyatukan warga, menghidupkan budaya “jaga kampung”, dan menjadi penghubung antara tamu yang datang dengan masyarakat setempat.
“Mari torang sama-sama dukung program ini. Pos Kamling bukan sekadar jaga malam, tapi jaga persaudaraan, jaga kebersamaan, dan jaga masa depan kampung kita,” tegas Om Faduli.
Dengan pos kamling, Tidore bisa kembali menunjukkan jati dirinya: kota yang aman, masyarakatnya ramah, dan lingkungannya penuh rasa persaudaraan. Dukungan kepada Mendagri Tito Karnavian dalam mengaktifkan pos kamling, bagi Om Faduli, adalah bentuk nyata menjaga warisan leluhur—warisan almarhum kakeknya—tentang pentingnya merangkul masyarakat demi menjaga kampung bersama-sama.
