FaduliNews.com, Ternate, Maluku utara Selasa,18/02/2025 Ekspor Provinsi Maluku Utara pada Januari 2025 mencatat angka sebesar US$1.076,64 juta atau setara Rp17,4 triliun. Meski nilai ekspor mengalami penurunan 2,33 persen dibandingkan Desember 2024 yang mencapai US$1.102,34 juta (Rp17,8 triliun), volume ekspor justru mengalami kenaikan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku Utara mencatat bahwa volume ekspor meningkat 1,07 persen, dari 572,12 ribu ton pada Desember 2024 menjadi 578,24 ribu ton pada Januari 2025.
Plt. Kepala BPS Maluku Utara, Nurhidayat Maskat, mengungkapkan bahwa ekspor utama provinsi ini masih didominasi oleh Besi dan Baja (HS 72) yang dikirim ke Tiongkok, India, dan Taiwan. Selain itu, Nikel (HS 75) diekspor ke Tiongkok dan Jepang, Bahan Kimia Anorganik (HS 28) ke Tiongkok, serta Logam Dasar Lainnya (HS 81) ke Tiongkok.
Impor Turun Drastis 39,24 Persen
Selain ekspor, tren penurunan juga terjadi pada sektor impor. Pada Januari 2025, nilai impor Maluku Utara tercatat US$230,04 juta atau setara Rp3,7 triliun, turun drastis 39,24 persen dibandingkan Desember 2024 yang mencapai US$378,59 juta (Rp6,1 triliun).
Volume impor juga mengalami penyusutan 11,23 persen, dari 757,17 ribu ton pada Desember 2024 menjadi 672,16 ribu ton pada Januari 2025.
Menurut BPS, Maluku Utara mengimpor 42 golongan barang, dengan kategori terbesar adalah Garam, Belerang, dan Kapur (HS 25) senilai US$59,26 juta (Rp960 miliar). Negara asal impor utama antara lain Tiongkok, Uni Emirat Arab, Jepang, Arab Saudi, Vietnam, Kuwait, Qatar, Filipina, dan Malaysia.
Dinamika Perdagangan Maluku Utara
Penurunan nilai ekspor meskipun volume meningkat menunjukkan adanya fluktuasi harga komoditas global, terutama di sektor besi, baja, dan nikel yang menjadi andalan Maluku Utara. Di sisi lain, penurunan impor bisa mencerminkan berkurangnya kebutuhan bahan baku atau perlambatan aktivitas industri di awal tahun.
Dengan potensi besar pada sektor pertambangan dan logam, serta peran penting Maluku Utara dalam perdagangan internasional, tren ekspor-impor ke depan masih akan dipengaruhi oleh harga global, kebijakan perdagangan, serta permintaan dari negara mitra dagang utama.
(Ijul)